1 research outputs found
Genesis dan Karakteristik Horison Argilik Pada Klimosekuen Ultisol
Berbagai daerah dengan curah hujan yang berbeda akan memperlihatkan
pengaruh yang berbeda terhadap proses pembentukan dan perkembangan tanah.
Penelitian tanah terhadap 5 pedon Ultisol yang dilakukan secara transek menurut
sekuen curah hujan dari arah Timur ke arah Barat wilayah Kalimantan Timur, dari
P2-Z1 (zona I dengan curah hujan <2.000 mm/th), P5-Z2 (zona II dengan curah hujan
2.000-2.500 mm/th), P14-Z3 (zona III dengan curah hujan 2.500-3.000 mm/th), P16-Z4
(zona IV dengan curah hujan 3.000-3.500 mm/th) hingga P24-Z5 (zona V dengan curah
hujan 3.500-4.000 mm/th) dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki proses dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan horison argilik, dan untuk menganalisis
karakteristik dan perkembangan horison argilik pada Ultisol yang terbentuk di bawah
zona curah hujan yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intensitas Translokasi Liat (ITL) secara
relatif meningkat dengan meningkatnya curah hujan. Rasio liat total (LT) antara
horison argilik (Bt) terhadap horison eluvial (A) dari seluruh pedon yang diteliti
menunjukkan nilai >1,2. Rasio liat halus/liat total (LH/LT) horison Bt pada pedon
P2-Z1 (Typic Plinthudults), P5-Z2 (Typic Hapludults) dan P14-Z3 (Plinthic Kandiudults)
adalah lebih tinggi dibandingkan hal yang sama pada horison di atas dan di
bawahnya, sedangkan rasio LH/LT pada pedon P16-Z4 (Typic Paleudults) dan
P24-Z5 (Typic Kandiudults) adalah hanya lebih tinggi dibandingkan hal yang sama pada
horison A. Pedon P14-Z3, P16-Z4 dan P24-Z5 memperlihatkan korelasi sangat tinggi
antara kedalaman tanah dengan kandungan LH dan antara kedalaman tanah dengan
kandungan LT. Kandungan liat halus yang relatif besar pada pedon P2-Z1 terdapat
pada horison argilik Bt1 dan Bt2. Pada P24-Z5 memperlihatkan proses eluviasi liat dan
illuviasi yang lebih aktif yang ditunjukkan oleh dalamnya horison argilik Bt dalam profil
tanah.
Tingkat Perkembangan Liat (TPA) secara relatif menurun dengan meningkatnya
curah hujan. Nilai selisih antara rasio LH/LT tertinggi dengan rasio LH/LT terendah
(Rt-Rr) pada pedon P5-Z2 sebesar 0,53, menunjukkan TPA cukup besar.
Kedalaman horison Bt berbanding lurus dengan kedalaman tanah, dengan
persamaan linear, Ŷ = 35,9+ 25,5 X, r sebesar 0,80. Perbedaan (selisih) kedalaman
horison argilik Bt dan horison eluvial A (Bt-A) menunjukkan cukup besar terjadi
pada pedon P14-Z3 dan pedon P25-Z5. Ketebalan horison argilik (Bt) berfluktuasi
dengan meningkatnya kedalaman tanah. Ketebalan horison argilik (Bt) terbesar
terdapat pada pedon P14-Z3 (92,50 cm). Rasio ketebalan Bt/A meningkat dengan
meningkatnya curah hujan, dengan persamaan linear Ŷ = 4,09 + 2,16 X, r sebesar
0,83. Rata-rata dari 5 pedon terseleksi mengandung selaput liat dalam jumlah
persentase yang bervariasi, yakni pada pedon P2-Z1 sebesar 15,00-24,30 % vol.,
pedon P5-Z2 sebesar 14,07 % vol., pedon P14-Z3 sebesar 5,78-28,18 % vol.,
pedon P16-Z4 sebesar 3,61-7,04 % vol. dan pedon P24-Z5 sebesar 2,30-7,65 % vol.
Dengan menggunakan lapisan ke-5 dari pedon-pedon yang terseleksi, jumlah selaput
liat meningkat dari zona curah hujan I hingga zona III, kemudian menurun pada
curah hujan zona IV dan V